Dampak Kenaikan Harga Kedelai, Pengrajin Tempe di Gresik Kelimpungan
Para pengrajin tempe sukses dibuat kelimpungan.
GRESIK | SatuJatim - Harga komoditas yang merangkak naik ternyata berimbas pada para pengrajin tempe. Dikarenakan bahan baku utama berupa kedelai mengalami lonjakan harga, para pengrajin tempe sukses dibuat kelimpungan.
Dikathui tempe menjadi menu utama bagi masyarakat menengah kebawah. Harganya pas dikantong, rasanya tak kalah nikmat, sanggup mengganjal perut yang keroncongan.
Bahan dasar pembuatan tempe adalah kedelai. Sedangkan stok kedelai semakin menipis. Inflasi komoditas pangan yang merembet naik, bikin pedagang ikut menjerit.
Produk tempe dan saudaranya, tahu juga dikonsumsi oleh hampir setiap masyarakat tanpa memandang kelas sosial tapi bila diulas secara gamblang, rakyat miskin menjadi korban pertama yang terdampak.
Pengrajin Tempe asal Desa Klangonan, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik Syahid (53) mengungkap besaran kenaikan harga tempe yang ia buat.
"Besaran harga kedelai saat ini adalah Rp 15.000, sedang yang subsidi berkisar di Rp 12.900. Kenaikan harga kedelai selalu terjadi setiap tahun. Bahkan, hampir tidak pernah mengalami penurunan," ungkapnya, Selasa (20/12/22).
Langkah yang diambil Syahid adalah mengurangi ukuran tempe yang dijual. Hal ini menyiasati dengan ukuran yang menyusut sanggup menekan kerugian produksi.
"Awalnya saya perkecil ukuran, ternyata tidak menjadi jawaban. Otomatis langsung saya naikkan harga tempe yang saya jual. Namun saya bilang ke pembeli kalau harga kedelai naik ya harga tempe juga ikut naik," terangnya.
Imbas dari kenaikan harga kedelai, Syahid harus mengurangi jatah produksi usahanya. Yang semula sanggup memainkan 80 kilogram kedelai, saat ini hanya dapat memproduksi 40 kilogram saja per hari. (ovi/aam)
What's Your Reaction?