Mengolah Limbah Jadi Berkah, KKN IAINU Tuban Latih Warga Jadi Semanding Membuat Pupuk Kompos

Augustus 12, 2025 - 08:18
 0
Mengolah Limbah Jadi Berkah, KKN IAINU Tuban Latih Warga Jadi Semanding Membuat Pupuk Kompos
Kelompok 08 KKN IAINU Tuban saat melakukan praktek pembuatan pupuk kompos di Desa Jadi, Kecamatan Semanding bersama warga, Senin, (11/8/2025). (Foto: Kelompok 08 KKN IAINU Tuban)

Satujatim, Tuban - Pagi itu, Senin (11/8/2025), halaman rumah Kepala Dusun Krajan, Desa Jadi, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, tampak lebih ramai dari biasanya. 

Sejumlah warga berkumpul, duduk rapi di bawah naungan tenda sederhana, sementara di sisi lain beberapa karung berisi kotoran ternak, bekatul, dan jerami sudah tersusun rapi. 

Di tengah kesibukan itu, Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) 08 IAINU Tuban bersiap memulai kegiatan yang menjadi program unggulan, yakni dan pelatihan pembuatan pupuk kompos. 

Kegiatan ini dihadiri tak hanya oleh warga setempat, tetapi juga perwakilan perangkat desa, lalu mahasiswa UPN Surabaya yang tengah menjalani PKL di Kecamatan Semanding, serta jajaran penyuluh pertanian dari Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP2P) Kabupaten Tuban. 

Acara dibuka dengan sambutan Ketua kelompok KKN 08 IAINU Tuban, Sukron, yang menegaskan bahwa tujuan pelatihan ini adalah mengajak masyarakat mengolah limbah rumah tangga dan kotoran peternakan menjadi pupuk bernilai guna.

“Awalnya kami berencana memanfaatkan limbah kapur dan kotoran peternakan untuk dijadikan pupuk. Namun kami menyesuaikan dengan kondisi setempat, sehingga kita memanfaatkan limbah rumah tangga dan kotoran peternakan dengan tujuan pemanfaatan aset lokal,” ungkapnya. 

Sambutan itu disambut positif oleh Bapak Junaidi, Kepala Dusun Krajan, yang merasa kegiatan ini memberikan nilai tambah bagi petani desa. 

“Selama ini masyarakat memang sudah menggunakan pupuk organik, tapi hanya dengan cara dibakar, belum sampai diolah menjadi pupuk kompos. Pernah juga mendatangkan dari dinas, namun yang mempraktekkan hanya 4 sampai 5 orang. Terimakasih atas tambahan ilmu ini, semoga warga kami bisa mempraktekkan dan memanfaatkan pupuk organik secara optimal untuk meningkatkan unsur hara tanah,” ujarnya. 

Hesti, perwakilan dari DKP2P Kabupaten Tuban, menekankan bahwa kotoran ternak yang diolah lebih bermanfaat dibanding digunakan langsung. 

“Pupuk kompos mampu memperbaiki unsur tanah, manfaatnya jauh lebih besar jika kotoran ternak diolah terlebih dahulu daripada langsung digunakan,” jelasnya. 

Sementara itu, Santi, Koordinator Penyuluhan Pertanian Kecamatan Semanding, mengapresiasi langkah KKN 08 IAINU Tuban yang menjadikan pelatihan ini bagian dari program kerja mereka. 

“Terimakasih teman-teman KKN IAINU Tuban memasukkan pelatihan pembuatan pupuk kompos pada program kerja, karena di masyarakat pedesaan lebih banyak terjun di pertanian. Pertimbangan awal kenapa kita menggunakan pupuk, karena pupuk barang yang paling penting bagi petani, jika tidak menggunakan pupuk hasil panen akan merosot,” tuturnya. 

Usai sesi materi tentang berbagai jenis pupuk, kegunaannya, dan tanya jawab interaktif, warga diajak langsung mempraktekkan cara membuat pupuk kompos. Bahan-bahan yang digunakan meliputi kotoran ternak, bekatul/dedak, molase atau gula tetes, EM4, dan air secukupnya. Peralatan sederhana seperti cangkul, terpal, karung, dan timba juga disiapkan. 

Langkah pembuatannya pun terbilang praktis, pertama, pencampuran bahan utama kotoran ternak kering dicampur dengan jerami, sekam bakar, daun kering, atau serbuk gergaji untuk menyeimbangkan karbon dan nitrogen, lalu penyiraman Larutan EM4 dan air disiramkan hingga bahan terasa lembap namun tidak basah. 

Dilanjut, penumpukan dan fermentasi campuran diratakan setinggi maksimal 20 cm, ditutup rapat dengan terpal, lalu dibiarkan selama 5–7 hari dengan pembalikan rutin agar proses dekomposisi optimal. Terakhir, setelah 1–3 bulan, kompos siap digunakan jika sudah berwarna coklat tua, berbau tanah, dan bertekstur gembur. 

Warga tampak antusias mengikuti setiap tahap, seperti cara mengatur komposisi untuk mencampur bahan. Beberapa bahkan mengajukan pertanyaan seputar cara mempercepat fermentasi. 

Kegiatan yang ditutup dengan bacaan hamdalah dan sesi foto bersama ini tak hanya menambah keterampilan warga, tetapi juga mengajarkan prinsip keberlanjutan. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal, Desa Jadi Semanding memiliki peluang besar untuk mengurangi limbah sekaligus meningkatkan produktivitas pertanian.

What's Your Reaction?

Like Like 3
Dislike Dislike 0
Love Love 2
Funny Funny 0
Marah Marah 0
Sad Sad 0
Wow Wow 1